Archive for April 2016

,

Jika Yesus Allah, mengapa Ia berkata "Bapa lebih besar daripada Aku"




"...Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib..."

Jika Yesus adalah Allah, mengapa Ia mengatakan "Bapa lebih besar daripada Aku"dalam Yohanes 14:28?

Yohanes 14:28“Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.” 


Perkataan "Bapa lebih besar daripada Aku" disampaikan oleh Yesus ketika sedang berbicara di ruang atas, konteks lebih besarnya adalah janji kedatangan Roh Kudus kepada para murid setelah kebangkitan-Nya. Yesus mengatakan berulang kali bahwa Dia sedang melakukan kehendak Bapa, dengan ini menyiratkan bahwa Dia tunduk kepada kehendak Bapa. Pertanyaannya, bagaimana Yesus bisa sama/setara dengan Allah ketika atas pengakuan-Nya sendiri Ia tunduk kepada kehendak Allah? Jawaban atas pertanyaan ini terletak dalam hakekat Ilahi dalam Inkarnasi.

Dalam inkarnasi, Yesus sementara "dibuat lebih rendah dari malaikat" (Ibrani 2:9), yang mengacu pada status Yesus. Doktrin Inkarnasi mengatakan bahwa Pribadi kedua dari Tritunggal menjadi manusia. Oleh karena itu, untuk semua maksud dan tujuan ini, Yesus adalah sepenuhnya manusia dan "dibuat lebih rendah dari para malaikat." Namun, Yesus juga  adalah sepenuhnya Ilahi. Dengan mengambil hakekat manusia, Yesus tidak menyerahkan sifat keilahian-Nya - karena Allah tidak dapat berhenti menjadi Allah!

Bagaimana mengharmoniskan fakta bahwa Pribadi kedua dari Tritunggal sepenuhnya Ilahi dan juga sepenuhnya manusia dan menjelaskan definisi "lebih rendah dari para malaikat"? 
Jawaban untuk pertanyaan itu dapat ditemukan dalam Filipi 2:5-11. Ketika Pribadi kedua dari Tritunggal mengambil bentuk manusia, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Kristus "telah mengosongkan diri-Nya sendiri." Pada dasarnya, artinya adalah bahwa Yesus secara sukarela menyerahkan hak-Nya untuk bebas menggunakan karakteristik-karakteristik ilahi-Nya dan merendahkan diri-Nya kepada kehendak Bapa sementara Dia berada di bumi.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah fakta bahwa sikap tunduk dalam peran tidak sama / berbeda dengan sikap tunduk dalam hakekat. Sebagai contoh, dalam hubungan majikan dengan karyawan. Majikan memiliki hak untuk menuntut tanggung jawab dari karyawan, dan karyawan memiliki kewajiban untuk melakukan tuntutan tanggung jawab bagi majikan. Perannya jelas menunjukkan sikap tunduk dari karyawan kepada majikan. Namun, baik majikan maupun karyawan keduanya manusia biasa dan keduanya punya hakekat manusia yang sama. Tidak ada perbedaan hakekat antara keduanya; mereka sama-sama manusia biasa. Fakta bahwa yang satu majikan dan yang satunya karyawan tidak mengubah kesetaraan penting hakekat kedua individu ini sebagai sesama manusia.
 
Perbedaan sikap tunduk dalam peran dapat dikatakan sama dari anggota Trinitas. Ketiga Pribadi : Bapa, Anak dan Roh Kudus sama hakekatnya; yaitu, satu Allah. Namun, dalam rencana besar penebusan, masing-masing Pribadi memainkan peran tertentu, dan peran-peran ini menentukan otoritas dan sikap tunduk. Bapa memerintah Anak, Bapa dan Anak memerintah Roh Kudus.

Oleh karena itu, fakta bahwa Anak mengambil hakekat manusia dan membuat diri-Nya tunduk kepada Bapa sama sekali tidak menyangkali keilahian Anak, juga tidak mengurangi kesetaraan penting-Nya dengan Bapa. Jadi kata lebih "besar" yang dibicarakan dalam ayat Yohanes 14:28 ini, berkaitan dengan peran, bukan secara hakekat.


Sumber : GotQuestions.org

 

,

Allah Tidak Berubah dan Inkarnasi Yesus Kristus

Bagaimana bisa Inkarnasi diharmoniskan dengan kekekalan Allah? Allah yang kekal pasti tidak bisa berubah, lalu apakah Allah berubah ketika menjadi manusia Yesus?”


Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus. 1Timotius 2:5

Para ahli teologia besar seringkali harus bergulat dengan pertanyaan satu ini dalam menanggapi guru-guru palsu / pengajar-pengajar sesat. Dalam merumuskan jawaban mereka, para ahli teologia pada awal-awal masa gereja menjunjung tinggi ketetapan firman Tuhan dalam Kitab Suci.


Di satu sisi, mereka juga menjunjung tinggi keilahian penuh Yesus Kristus, yang memang adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya Manusia. Ada ayat-ayat Alkitab yang secara eksplisit menegaskan keilahian-Nya, seperti Yohanes 1:1, dan ayat-ayat lain yang menyiratkan keilahian-Nya dengan menunjukkan Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah: menghakimi manusia, mengampuni dosa, menyembuhkan banyak orang, dan menciptakan alam semesta.

Pada saat yang sama, para ahli teologia pada awal-awal masa gereja menjunjung tinggi kemanusiaan penuh Yesus Kristus. Kitab Suci memberikan bukti bahwa Yesus adalah seorang manusia, yang bisa menderita, bisa mati, dan mengalami kelemahan-kelemahan, baik secara fisik maupun secara emosional.

Ketika "Firman itu telah menjadi manusia" (Yohanes 1:14), Ia tidak menjadi dua orang (satu ilahi dan satu manusia), tetapi Dia menjadi satu Pribadi dengan dua kodrat/hakikat yang berbeda, hakikat Allah sepenuhnya dan hakikat manusia sepenuhnya. Firman tidak berubah ketika Dia memasuki persatuan dengan hakikat manusia dalam tubuh jasmani (Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.).

Di sinilah letak jawaban spesifik atas pertanyaan “Bagaimana bisa Inkarnasi diharmoniskan dengan kekekalan Allah? Allah yang kekal tidak bisa berubah, lalu apakah Allah berubah ketika menjadi manusia Yesus?”:  Hakekat Ilahi Yesus tidak berubah. Hakekat manusia-Nya bisa berubah. Sebagai Allah, Yesus tidak bisa berubah, Dia tidak terbatas, selalu tertinggi dalam segala hal. Tapi dalam hakikat manusia-Nya, Dia dapat berubah, dapat mengalami kelemahan, bisa menderita, bisa mati. Secara bersamaan: Yesus adalah Allah dan manusia, dalam keilahian-Nya Yesus kuat dan dalam kemanusiaan-Nya Dia dapat mengalami kelemahan, dalam hakikat keilahian-Nya Yesus bersifat kekal dan dalam hakikat manusiawi-Nya Dia bersifat fana. Dia adalah 100% Allah - 100% manusia.

Anak Allah tidak mengubah sifat-Nya ketika ber-Inkarnasi menjadi manusia. Sifat Ilahi tidak "berbaur/bercampur" dengan sifat manusiawi yang memerlukan perubahan. Sebaliknya, sifat Ilahi tinggal tetap bersanding dengan sifat manusiawi dalam satu Pribadi Kristus. Inkarnasi berarti bahwa Yesus dapat mengklaim kedua kodrat/hakikat Ilahi-Nya dan kodart/hakikat manusia-Nya secara bersamaan.


Dalam Yohanes 17:5, Yesus berdoa kepada Bapa, "Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada."Kedua hakekat Yesus sangat jelas dalam permohonan ini. Dia mengacu pada pra-eksistensi-Nya dengan Allah di mana ia bersama dalam kemuliaan Bapa (menegaskan hakekat Ilahi-Nya), dan Dia memohon untuk dimuliakan (menegaskan hakekat manusia-Nya).

Allah harus tidak berubah, karena Allah tidak dapat menurunkan derajat ke dalam keadaan yang lebih buruk dan Allah tidak dapat meningkatkan derajat ke dalam keadaan yang lebih baik. Allah selalu sempurna adanya dan, sebagai Allah, tidak bisa sebaliknya. Kesempurnaan adalah mutlak, dan tidak mungkin bagi-Nya untuk menjadi “kurang sempurna” atau "lebih sempurna."

Sebaliknya, manusia tidak memiliki kapasitas tak terbatas. Seorang manusia adalah terbatas, bisa berubah dan selalu memiliki ruang untuk perbaikan; ini menjelaskan fakta (sebagai manusia) Yesus "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. " Lukas 2:52.


Pada akhirnya, para ahli teologia besar dari abad keempat dan kelima yang bergumul dengan masalah ini menanggapi dengan mengatakan, dalam begitu banyak kata-kata, "Kita tidak dapat sepenuhnya menjelaskan hal ini, tetapi berdasarkan Kitab Suci, kami tahu bahwa Yesus Kristus adalah manusia dan Ilahi . Kami terikat untuk menegaskan apa yang telah Alkitab tegaskan bahkan jika kita harus mengakui bahwa aspek-aspek Inkarnasi adalah suatu misteri yang penuh keajaiban. Misterius atau tidak, kita mengakui apa yang Allah telah ungkapkan kepada kami tentang hal ini. "

Adasuatu hubungan ajaib pada keselamatan kita yang mengalir keluar dari misteri Inkarnasi. Yaitu bahwa Kristus, Anak Allah yang menjadi manusia, adalah duta yang ideal antara Allah dan manusia (1Timotius 2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,). Sebagai Allah, Dia sempurna mewakili Allah bagi kita; sebagai Manusia, Dia sempurna berfungsi sebagai advokat/pembela kita di hadapan Allah Bapa, untuk membuat pendamaian atas nama kita. "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil." 1Yohanes 2:1



Sumber : GotQuestions.org

 

,

Jika Yesus adalah Allah, mengapa Ia mengatakan 'Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.'



"Jika Yesus adalah Allah, mengapa Ia mengatakan 'Tidak ada yang baik selain Allah saja'?"


picture courtesy: www.lds.org
 
Hal ini sering dipakai oleh mereka yang tidak percaya dan menolak keilahian Kristus, yaitu ketika dalam Markus 10:17-22 Yesus dianggap "menyangkal keilahian-Nya" dengan menolak gagasan bahwa Dia adalah baik. 

Bunyinya sebagai berikut:

"17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. 19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" 20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." 21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. "

Apakah di sini Yesus menegur orang muda itu karena memanggil-Nya baik dan dengan demikian Yesus menyangkal keilahian-Nya? 

Tidak, sebaliknya, Yesus menggunakan pertanyaan yang tajam ini untuk mendorong orang muda itu untuk memikirkan implikasi dari perkataannya sendiri, untuk memahami konsep kebaikan Yesus dan, yang terutama, untuk mengerti kekurangan orang muda ini sendiri dalam hal kebaikan. Orang muda ini lalu "pergi dengan sedih" (Markus 10:22) karena dia menyadari bahwa meskipun ia telah mengabdikan dirinya untuk mematuhi hukum-hukum, ia telah gagal untuk menjaga hukum yang pertama dan yang terutama dari seluruh hukum-hukum – yaitu : "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22: 37-38). Kekayaan manusia lebih berharga baginya daripada Tuhan, sehingga dengan demikian ia tidak "baik" di mata Allah.

Pelajaran mendasar dari Yesus di sini adalah bahwa kebaikan mengalir bukan dari perbuatan-perbuatan baik manusia, melainkan dari Allah sendiri. Yesus mengundang orang ini untuk mengikut Dia, satu-satunya cara untuk melakukan yang baik dengan standar tertinggi Allah. Yesus menjelaskan kepada pemuda kaya ini tentang apa artinya mengikuti Yesus – yaitu untuk bersedia menyerahkan segala-galanya, yang berarti menempatkan Allah sebagai yang terutama dalam hidupnya. Saat seseorang mempertimbangkan bahwa Yesus sedang menggambarkan pembedaan antara kebaikan dengan standar manusia dibanding kebaikan berdasarkan standar Allah, maka akan menjadi jelas bahwa mengikut Yesus itu baik. Perintah untuk mengikut Kristus adalah
pernyataan sempurna tentang kebaikan Kristus. Dengan standar inilah Yesus menuntun pemuda kaya ini untuk percaya bahwa Yesus baik. Secara esensi hal ini menunjukkan bahwa jika Yesus memang baik berdasarkan standar ini, maka Yesus secara implisit sedang menyatakan keilahian-Nya.

Dengan demikian, pertanyaan Yesus kepada orang muda itu dirancang bukan untuk menyangkal keilahian-Nya, melainkan untuk menarik orang untuk mengenali identitas keilahian Kristus. Interpretasi semacam ini  diperkuat oleh ayat-ayat seperti Yohanes 10:11di mana Yesus menyatakan diri-Nya sebagai "gembala yang baik."Demikian pula dalam Yohanes 8:46, Yesus bertanya, "Bisakah kalian membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?" Tentu saja jawabannya adalah "tidak" karena Yesus memang adalah "tanpa dosa" (Ibrani 4:15), kudus dan tak bercacat (Ibrani 7:26), satu-satunya yang "tidak mengenal dosa"(2 Korintus 5:21).

Jadi logika-nya dapat diringkas sebagai berikut:
1: Yesus mengklaim hanya Allah yang baik.
2: Yesus mengklaim diri-Nya baik.
3: Oleh karena itu, Yesus mengakui diri-Nya adalah Allah.

Klaim seperti itu masuk akal mengingat aliran narasi Markus berkaitan dengan terungkapnya identitas asli Yesus. Yaitu di hadapan imam besar, dalam Markus 14:61b-62Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." ketika pertanyaan tentang identitas Yesus dijelaskan secara eksplisit/gamblang. Kisah orang muda yang kaya adalah salah satu dari urutan kejadian yang dirancang untuk mengarahkan pembaca untuk menuju kepada pemahaman akan diri Yesus sebagai yang kekal dan yang ilahi, Anak Allah yang berinkarnasi.



Sumber : GotQuestions.org




,

Jika Yesus Allah, Mengapa Ia tidak mengetahui tentang kedangan-Nya yang kedua



"Jika Yesus adalah Allah, mengapa Ia tidak tahu kapan Ia akan datang kembali ?"




Berbicara tentang Kedatangan Yesus yang kedua kali, Matius 24:36 (dan Markus 13:32) mengatakan, "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja."


Ketika Yesus mengucapkan perkataan ini kepada para murid-Nya, bahkan Dia-pun tidak mengetahui tentang tanggal dan waktu kedatangan-Nya kembali. Meskipun Yesus adalah sepenuhnya Allah (Yohanes 1: 1, 14), ketika Ia menjadi manusia, Ia secara sukarela membatasi penggunaan atribut ilahi tertentu (Filipi 2: 6-8). Dia tidak menampakkan atribut ilahi-Nya kecuali jika diarahkan oleh Bapa (Yohanes 4:34; 5:30; 6:38). Yesus menunjukkan kemahatahuan-Nya pada beberapa kesempatan (lihat Yohanes 2:25; 3:13), tetapi secara sukarela membatasi kemahatahuan-Nya hanya pada hal-hal yang Allah Bapa inginkan untuk Dia ketahui selama hari-hari kemanusiaan-Nya (Yohanes 15:15). Itulah yang terjadi pada pengetahuan Yesus tentang tanggal dan waktu kedatangan-Nya kembali. 

Setelah bangkit, Yesus kembali memiliki pengetahuan ilahi yang penuh (lihat Matius 28:18; Kisah Para Rasul 1:7).

Matius 24:36 jelas menyatakan bahwa Bapa saja yang tahu kapan kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi .


Ayat-ayat seperti :

Yohanes 5:30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku;  
Yohanes  6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.;  
Yohanes 8:28-29 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.";

Yohanes 10:30Aku dan Bapa adalah satu.
Yohanes 12:49Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.; 
Yohanes 14:28Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.,
Yohanes 14:31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini.; 

dan

Matius 26:39Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.",
Matius 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

menunjukkan penyerahan Yesus kepada Bapa serta Keesaan mereka dalam Ketuhanan.


Ya, mereka berdua adalah Allah (baca juga : Trinitas / Tritunggal). Tetapi atas beberapa hal tampaknya Yesus telah memilih untuk "menyerahkan hak" kemahatahuan-Nya selama pelayanan-Nya di dunia (lihat Filipi 2: 5-11  5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!).

Yesus, sekarang telah ditinggikan di Surga, tentulah Dia kini mengetahui segala sesuatu, termasuk waktu Kedatangan-Nya yang kedua.



Sumber : GotQuestions.org