Archive for November 2016

,

Siapakah Keturunan Abraham?


Pertanyaan “siapakah keturunan Abraham" ini dapat dijawab dengan beberapa cara, dan sangat penting untuk membuat beberapa perbedaan : 1. keturunan (=the Seed of) Abraham (benih /keturunan = dalam bentuk tunggal); 2. keturunan Abraham secara fisik (yaitu keturunan Abraham menurut tubuh jasmaniah); dan 3. keturunan Abraham secara rohaniah (yakni orang-orang yang, seperti Abraham, memiliki iman kepada Allah).





Dalam bentuk tunggal, Keturunan/Benih (the Seed of) Abraham adalah Kristus, sebagaimana yang dicatat dalam Galatia 3:16, mengutip Kejadian 12:7, mengatakan, "Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus."  Bagian ini selanjutnya menjelaskan bahwa warisan yang dijanjikan kepada Benih Abraham (Kristus) terpisah dari hukum Taurat. Kemudian, Hukum Taurat  diperkenalkan, tetapi tidak membatalkan janji-janji yang diberikan kepada Abraham atau kepada Benih Abraham (Kristus).


Sebagaimana Abraham percaya kepada Allah dan imannya diperhitungkan sebagai kebenaran (Kejadian 15:6), demikian pula hingga saat ini, setiap orang yang percaya kepada Anak Allah dibenarkan terpisah dari hukum Taurat tersebut. Dengan cara ini,Abraham adalah "bapa" dari semua orang yang percaya (Roma 4: 11-17). "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." Galatia 3:29.


Tentu saja, keturunan Abraham juga dapat merujuk kepada orang-orang Ibrani yang merupakan garis keturunan dari Abraham melalui Ishak. Lebih luas lagi, keturunan Abraham juga dapat mencakup orang-orang Arab, yang berasal dari  garis keturunan melalui Ismael. Ini adalah keturunan Abraham secara jasmaniah. Namun keturunan Abraham secara rohaniah (yaitu setiap orang yang percaya dalam Yesus Kristus) terdiri dari orang-orang dari semua suku bangsa.
 

Yesus menjawab mereka lebih lanjut: "Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." (Yohanes 8:56)

Para pemimpin agama Yahudi pada abad pertama bangga bahwa mereka adalah keturunan Abraham. Mereka melihat keterkaitan mereka dengan Abraham secara garis keturunan jasmani sebagai jaminan bahwa Allah memilih mereka. Sikap ini membuat mereka angkuh dan tidak dapat melihat adanya kebutuhan bahwa mereka perlu bertobat dengan tulus (pertobatan sejati) - yang menyebabkan mereka mendapat kecaman dari Yohanes Pembaptis, yang memperingatkan mereka untuk bertobat. Ketika mengantisipasi argumentasi mereka yang keliru dengan berkata bahwa mereka adalah keturunan Abraham, Yohanes Pembaptis mengatakan, "8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. 9 Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! " Matius 3:8-9.
 
Yesus berurusan dengan persoalan yang sama di kemudian hari. Ketika berbicara kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya, Yesus menekankan kebutuhan mereka untuk menerima perkataan-Nya sebagai kebenaran dan menaati perintah-Nya. Perhatikan dialog orang-orang Yahudi dengan Yesus dalam kitab Yohanes pasal 8, saat orang-orang Yahudi menjawab, "Kami adalah keturunan Abraham” dalam ayat 33. Yesus kemudian menegur mereka karena mereka merencanakan cara-cara untuk membunuh-Nya; lagi-lagi mereka menanggapi dengan keras kepala, "Bapa kami ialah Abraham."(ayat 39a). Pada pernyataan ini, Yesus membuat perbedaan yang jelas antara keturunan fisik Abraham dan keturunan rohani Abraham: "39b Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. 40 Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham."(ayat 39b-40).

Percakapan makin memanas sehingga orang-orang Yahudi, untuk ketiga kalinya menekankan kaitan mereka dengan Abraham: "Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" mereka bertanya Yesus (ayat 53). Yesus menjawab mereka lebih lanjut: "Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita"(ayat 56). Orang-orang Yahudi tidak percaya saat Yesus mengakui diri-Nya telah melihat Abraham, dan saat itulah Yesus memungkas dengan sebuah pengakuan tentang keilahian-Nya: Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." (ayat 58). Dengan marah, orang-orang Yahudi berusaha untuk merajam Yesus (ayat 59), lagi-lagi ini membuktikan bahwa sebagai keturunan Abraham secara jasmaniah saja tidaklah cukup! - mereka harus dilahirbarukan terlebih dulu (Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Yohanes 3:3).


Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." (Yohanes 8:58)

Paulus meringkas perbedaan antara keturunan Abraham dalam Roma 2:28-29: "28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. 29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah."


Sumber : GotQuestions.org


,

Mengapa Allah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan Ishak?





 
Abraham telah mentaati Allah berkali-kali dalam perjalanan hidupnya bersama Allah, tetapi tidak ada ujian yang lebih parah dari ujian yang harus ditempuhnya dalam Kejadian 22. Allah memerintahkan, "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kejadian 22:2a).


Ini adalah perintah yang sangat mengejutkan karena Ishak adalah anak yang dijanjikan. Allah telah berjanji beberapa kali bahwa dari tubuh Abraham sendiri akan timbul suatu bangsa yang besar tak terhitung jumlahnya bagaikan bintang-bintang di langit (Kejadian 12:2-3; 15:4-5). Kemudian, Abraham secara khusus diberitahu bahwa janji itu akan dipenuhi melalui Ishak “Sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.” Kejadian 21:12.


Bagaimana reaksi Abraham terhadap perintah Allah untuk mengorbankan Ishak? 




Reaksi Abraham sungguh luar biasa. Langsung dengan penuh ketaatan; pagi-pagi, Abraham sudah memulai perjalanannya dengan dua pembantu, seekor keledai dan Ishak - anak yang sangat dikasihinya, serta kayu bakar untuk persembahan. Ketaatan penuh, tanpa bertanya atau menyanggah perintah Allah yang membingungkan itu, telah mempermuliakan Allah yang layak dijunjung tinggi dan merupakan suatu teladan bagi kita untuk bagaimana memuliakan Allah. Ketika kita taat seperti Abraham, berserah dan percaya bahwa rencana Allah adalah yang terbaik, maka kita meninggikan kekuasaan-Nya dan memuliakan-Nya. Ketaatan Abraham dalam menghadapi perintah yang menghancurkan hatinya ini, meninggikan kasih Allah yang berdaulat, kesetiaan-Nya, serta kebaikan-Nya, dan ketaatannya itu menjadi suatu teladan bagi kita untuk kita ikuti. Imannya kepada Allah yang telah ia kenal dan kasihi, menempatkan Abraham di jajaran para pahlawan iman dalam Ibrani 11.

Sedemikian besar iman Abraham, hingga bahkan jika ia harus mengorbankan Ishak, ia tetap percaya bahwa Allah akan menggenapi firman-Nya dan Allah akan mampu membangkitkan Ishak dari kematian (Ibrani 11:17-19).  Allah menggunakan iman Abraham sebagai contoh jenis iman yang diperlukan untuk keselamatan. Kejadian 15:6 mengatakan, "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."Kebenaran ini adalah dasar dari iman Kristen, sebagaimana ditegaskan dalam Roma 4:3 dan Yakobus 2:23. Kebenaran yang diperhitungkan kepada Abraham adalah kebenaran yang sama yang diperhitungkan kepada kita ketika kita menerima dengan iman pengorbanan Tuhan Yesus Kristus yang disediakan sebagai tebusan untuk dosa-kita. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." 2 Korintus 5:21.




Kisah Abraham dalam Perjanjian Lama adalah dasar dari ajaran Perjanjian Baru tentang penebusan, korban persembahan oleh Tuhan Yesus di kayu salib untuk dosa umat manusia. Yesus berkata, berabad-abad kemudian, "Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Yohanes 8:56. 

Berikut ini adalah beberapa persamaan antara dua bagian Alkitab, Perjanjian Lama kitab Kejadian pasal 22 dan ayat-ayat dalam Perjanjian Baru:

  • "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak" (ayat 2.); "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal...."(Yohanes 3:16).
  • "Pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana ..." (ayat 2.);  daerah ini diyakini adalah di mana kota Yerusalem dibangun bertahun-tahun kemudian, di mana Yesus disalibkan di luar tembok kota (Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. Ibrani 13:12).
  • "Persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran" (ayat 2.); "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci"(1 Korintus 15:3).
  • "Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya" (ayat 6.); Yesus, "memikul salib-Nya. . . "(Yohanes 19:17).
  • "Tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (ayat 7.); Yohanes Pembaptis mengatakan, " "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia!" (Yohanes 1:29).
  • Ishak, sang anak, bertindak dalam ketaatan kepada ayahnya untuk menjadi korban(ayat 9.); Yesus berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
  • Kebangkitan - Ishak (gambaran/bayangan/type) dan Yesus dalam kenyataannya (yang aslinya/antitype): "17 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, 18 walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." 19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. "(Ibrani 11:17-19); Yesus "dikuburkan, dan. . . telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci" (1 Korintus 15:4).


Sumber : GotQuestions.org



,

Abraham mengusir Hagar dan Ismael


"Mengapa Abraham mengusir Ismael (Kejadian 21:14)?"
 
Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih. Tapi Sarah melihat anak Hagar orang Mesir, yang pernah ia tanggungkan untuk Abraham, sedang tertawa. Berkatalah Sara kepada Abraham: "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak." Kejadian 21:10.


Abraham tidak senang dengan reaksi Sarah (Kejadian 21:11). Dia mengasihi Sarah, tapi dia tidak setuju dengan pandangan Sarah untuk mengusir Hagar dan Ismail. Bagaimanapun,  Ismael adalah anaknya sendiri.

Namun kemudian Allah berbicara kepada Abraham tentang persoalan ini: 12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak. 13 Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu."  Kejadian 21:12-13. Janji Allah untuk membuat bangsa lain dari Ismail mulai dipenuhi ketika Ismail memiliki dua belas anak yang memimpin dua belas suku (Kejadian 25:16).

Abraham menaati Tuhan. “Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.” Kejadian 21:14. Sejauh yang kita dapat ketahui, Abraham tidak melihat Ismail lagi. Ismail baru muncul kemudian pada saat pemakaman Abraham (Kejadian 25:9).

Mengusir pergi Hagar dan Ismael mungkin tampak kejam dari sudut pandang kita manusia, tetapi Alkitab mencatat dua hal, yaitu : kepedulian Abraham pada anaknya dan ketaatan Abraham pada perintah Allah. Abraham menyatakan kasih sayang kepada anaknya, tetapi ia juga menunjukkan ketaatan ketika Allah menghendaki hal yang jauh berbeda dari apa yang sebenarnya dikehendaki Abraham secara pribadi. Dalam melakukan perintah Allah yang sulit tersebut, teladan Abraham adalah suatu kerendahan hati yang masih berlaku dan masih tetap harus kita teladani hingga hari ini.

Allah memanggil kita pada ketaatan, dan menghendaki kesediaan kita untuk menyerahkan keinginan pribadi kita serta mengikuti Dia sepenuhnya. Mereka yang mengasihi Allah mengetahui bahwa kehendak Allah adalah hal yang paling penting. Abraham mentaati Allah dan dikenal sebagai sahabat Allah (Yakobus 2:23). Imannya mengikuti kehendak Allah, bahkan dalam masa-masa sulit.


Sumber : GotQuestions.org

,

Abraham : Sarah dan Hagar

Sarah adalah istri Abraham. Hagar adalah hamba Sarah. Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa ia akan mempunyai banyak keturunan, namun, sepuluh tahun setelah janji itu, Sarah masih belum dapat memiliki anak, dan mereka berdua telah menjadi terlalu tua untuk memiliki anak. Sarah memilih untuk memberikan budaknya Hagar kepada Abraham, sesuai dengan kebiasaan pada jaman itu, sehingga Sarah dapat memiliki anak melalui Hagar (Kejadian 16:2).

Hagar mengandung, dan Sarah membencinya. Sarah mulai bertindak keras terhadap Hagar, sehingga Hagar melarikan diri ke padang gurun untuk melarikan diri dari kebencian majikannya. Malaikat Tuhan bertemu Hagar di padang gurun, memerintahkan dia untuk kembali kepada Abraham dan Sarah. Malaikat itu menyampaikan janji dari Allah: "Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya." (Kejadian 16:10). Malaikat itu juga memprediksi nama dan karakter Ismael (Kejadian 16:11-12).

 

Kemudian, Allah memenuhi janji-Nya kepada Abraham dan Sarah. Sarah akhirnya mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ishak (Kejadian 21). Ismail telah berusia sekitar 14 tahun pada saat Ishak lahir. Abraham mengirim Hagar dan Ismail pergi setelah Ishak disapih (sekitar usia 2-3 tahun, jadi ketika itu Ismail berusia sekitar 16 tahun), menurut perintah Allah. Pada saat itu, Allah mengulangi janji-Nya bahwa Ismail akan menjadi bapa dari suatu bangsa yang besar. Hagar sedang di padang pasir dan hampir mati ketika malaikat Allah berbicara kepadanya, mengatakan, "Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar." (Kejadian 21:17-18).

Ismail dan ibunya tinggal di padang gurun Paran, di mana ia menjadi seorang ahli panah dan kemudian mengambil istri berbangsa Mesir (Kejadian 21:20-21). Ismail terlihat sekali lagi dalam Alkitab ketika ia kembali untuk membantu menguburkan ayahnya Abraham (Kejadian 25:7-10).

Ismail, putra seorang hamba, menjadi ayah dari 12 anak laki-laki yang dipanggil pangeran. Dia hidup selama 137 tahun. Sarah meninggal pada usia 127 di Hebron, di mana ia dimakamkan (Kejadian 23:1-2).



Banyak pengamatan dapat dibuat mengenai kisah Sarah dan Hagar. 


  1. Pertama, Allah dapat dan sering bekerja melalui cara-cara yang tampak tidak lazim jika dilihat dari sudut pandang manusia. Abraham secara ajaib menjadi seorang ayah pada usia 86 tahun dan sekali lagi pada usia 99 tahun. Istri Abraham dan ibu Ishak, Sarah,  dulunya mandul. Tetapi janji Allah kepada Abraham tidak tergantung pada kekuatan manusia, dan sesungguhnya tidak ada yang mustahil bagi Allah (Lukas 1:37). Allah menggunakan situasi yang tampaknya tidak mungkin tersebut untuk membuat Abraham bapa dari orang-orang Yahudi, sebagaimana yang telah Dia janjikan. Dari kejadian ini jelas bahwa kehendak Allah tetap bekerja meskipun manusia berupaya mengacaukannya. Sarah tidak seharusnya menawarkan budaknya kepada Abraham, dan Abraham tidak seharusnya tidur dengan Hagar. Dan Sarah bersalah telah menganiaya Hagar. Namun Allah tetap bekerja melalui situasi ini. Hagar diberkati, dan Abraham dan Sarah masih tetap sebagai penerima janji-Nya. Karunia Allah yang besar dan kedaulatan-Nya tetap terlaksana, terlepas dari kelemahan manusia.
  2. Kedua, kisah keluarga yang berlangsung seperti ini biasanya berakhir buruk. Namun Allah tetap memenuhi janji-Nya; Ishak menjadi anak perjanjian melalui siapa suku Israel akan timbul. Anak Hagar, Ismail, juga menjadi seorang pemimpin besar. Terlepas dari bagaimanapun kacaunya situasi ini terlihat dari pandangan manusia, Allah terus bekerja untuk mencapai kehendak-Nya dan memenuhi janji-Nya.
Dalam Galatia pasal 4, Paulus menggunakan kisah Sarah dan Hagar untuk menggambarkan hasil dari dua perjanjian yang berbeda: Perjanjian Baru, berdasarkan kasih karunia; dan Perjanjian Lama, berdasarkan hukum Taurat. Dalam analogi Paulus, orang percaya dalam Kristus adalah seperti anak yang lahir dari Sarah - bebas, hasil dari janji Allah. Mereka yang mencoba untuk mendapatkan keselamatan mereka dengan usaha-usaha mereka sendiri adalah seperti anak yang lahir dari Hagar-budak, hasil dari usaha manusia.


Sumber : GotQuestions.org