Archive for Juli 2016

,

Hubungan antara Doa dan Puasa


Meskipun hubungan antara doa dan puasa tidak secara khusus dijelaskan dalam Kitab Suci, benang merah yang menghubungkan keduanya tampak dalam semua contoh tentang berdoa dan berpuasa yang tercatat dalam Alkitab. Dalam Perjanjian Lama, tampak bahwa puasa dengan doa harus dilakukan dengan rasa kebutuhan dan ketergantungan terhadap Allah, dan /atau ketidakberdayaan mendalam pada saat menghadapi bencana yang sedang berlangsung atau bencana yang diantisipasi akan datang. Doa dan puasa dikombinasikan dalam Perjanjian Lama pada masa berkabung, pertobatan, dan/atau adanya kebutuhan rohani yang mendalam. Suatu ungkapan perendahan diri di hadapan Allah yang maha tinggi.




Pasal pertama dari kitab Nehemia menggambarkan Nehemia berdoa dan berpuasa, karena kesusahan yang mendalam atas berita bahwa Yerusalem akan hancur. Banyak hari dalam waktu doanya yang ditandai dengan air mata, berpuasa, mengaku dosa mewakili umat Israel, dan memohon belas kasihan bagi umat Israel kepada Allah. Begitu kuatnya curahan kekhawatiran Nehemia hingga hampir tak terbayangkan bahwa dia dapat "beristirahat" di tengah-tengah doanya untuk makan dan minum. Kehancuran yang menimpa Yerusalem juga menyebabkan Daniel melakukan sikap merendahkan diri yang sama: "Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu." (Daniel 9: 3). Seperti Nehemia, Daniel berpuasa dan berdoa agar Allah berbelas kasihan terhadap umat Israel, mengatakan, "Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu," (Daniel 9:5).



Dalam beberapa contoh di Perjanjian Lama, puasa dihubungkan dengan doa syafaat. Daud berdoa dan berpuasa untuk anaknya yang sakit (2 Samuel 12:16), ia menangis di hadapan Allah dalam doa permohonan yang sungguh-sungguh (ayat 21-22). Ester mendesak Mordekai dan orang Yahudi untuk berpuasa baginya ketika ia berencana untuk menghadap kepada raja yang adalah suaminya (Ester 4:16). Jelas, puasa dan doa permohonan berkaitan erat.

Ada contoh doa dan puasa dalam Perjanjian Baru, tetapi tidak terhubung dengan pertobatan atau pengakuan. Nabiah Hana "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa."(Lukas 2:37). Pada usia 84, doa dan puasa nya adalah bagian dari pelayanan kepada Allah di Bait-Nya sambil menantikan Juruselamat Israel yang telah dijanjikan. Juga dalam Perjanjian Baru, gereja di Antiokhia berpuasa sehubungan dengan ibadah mereka ketika Roh Kudus berbicara kepada mereka tentang pengutusan Saulus dan Barnabas bagi pekerjaan Tuhan. Pada saat itu, mereka berpuasa dan berdoa, meletakkan tangan mereka pada kedua orang itu dan membiarkan mereka pergi. Jadi, kita melihat dalam contoh ini bahwa doa dan puasa adalah komponen dalam menyembah Allah dan dalam mencari kemurahan-Nya.Namun, tidak ada indikasi bahwa Allah akan lebih menjawab doa-doa apabila doa-doa itu disertai dengan berpuasa. Sebaliknya, berdoa yang disertai berpuasa tampaknya lebih menunjukkan ketulusan orang-orang yang berdoa dan menunjukkan kritisnya situasi yang sedang mereka hadapi saat itu.

Semakin kritis situasinya, makin lebih cocok berdoa dan berpuasa. Dalam Markus 9, Yesus mengusir setan keluar dari seorang anak laki-laki. Para murid tidak mampu mengusir setan itu, meskipun mereka sebelumnya telah diberikan kuasa atas roh-roh jahat (Markus 6:7). Kemudian, para murid bertanya kepada Yesus mengapa mereka gagal dalam upaya mereka untuk membebaskan anak itu dari setan, dan Yesus berkata, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa."(Markus 9:29). Matius menambahkan kata "dan berpuasa" (Matius 17:21). Dalam kasus ini, setan itu sangat berbahaya dan pembangkang (Markus 9:21-22). Yesus tampaknya secara implisit mengatakan bahwa musuh yang penuh tekad harus dihadapi dengan iman yang penuh tekad. Doa adalah senjata yang telah siap dalam peperangan rohani (Efesus 6:18), dan berpuasa menguatkan fokus doa.

Teologi tentang puasa adalah teologi mengenai prioritas di mana orang percaya diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dalam ketaatan yang tak terbagi atau terfokus dan intensif hanya kepada Allah dan pada persoalan kerohanian. Ketaatan diungkapkan: dengan sementara waktu menjauhkan diri dari hal-hal rutin dan baik seperti makanan dan minuman, untuk menikmati waktu persekutuan yang intens dengan Bapa kita tanpa gangguan.  Bahwa kita memiliki “keyakinan untuk memasuki tempat kudus-Nya oleh darah Yesus" (Ibrani 10:19), adalah salah satu bagian milik kita di dalam Kristus yang paling menyenangkan dan merupakan kehormatan dibanding "hal-hal yang lebih baik lainnya", dengan berpuasa ataupun tanpa berpuasa! Doa dan puasa seharusnya tidak menjadi beban atau kewajiban, melainkan perayaan dan ungkapan ucapan syukur kita atas kebaikan Allah dan kasih karunia-Nya bagi kita anak-anak-Nya.


Sumber : GotQuestions.org

 

,

Puasa menurut Alkitab: Jenis-jenis Puasa



Menurut Alkitab, apa saja jenis-jenis puasa?


Umumnya, puasa adalah berpantang makan untuk jangka waktu tertentu. Ada berbagai jenis puasa dalam Alkitab, tetapi tidak semua melibatkan makanan. Banyak orang di dalam Alkitab berpuasa, termasuk Musa, Daud, dan Daniel di Perjanjian Lama; serta Hana, Paulus, dan Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru.
Puasa yang Alkitabiah sering berkaitan erat dengan pertobatan, seperti dalam contoh Daud, bangsa Israel, dan kota Niniwe. Puasa juga berkaitan dengan doa yang sungguh-sungguh, seperti dalam contoh Raja Yosafat dan Ratu Ester. Puasa yang Alkitabiah berasal dari hati yang tulus mencari Allah(Yesaya 58:3-7). John MacArthur*  memberi komentar pada Yesaya 58: "Orang-orang mengeluh ketika Allah tidak mengakui tindakan religius mereka, tetapi Allah menjawab bahwa puasa mereka hanya setengah hati. Puasa yang munafik mengakibatkan pertengkaran, pertengkaran, dan kepura-puraan, puasa yang munafik tidak memungkinkan doa yang tulus kepada Allah. Puasa terdiri dari lebih dari sekedar ritual lahiriah dan pertobatan pura-pura, melainkan melibatkan penyesalan atas dosa dan kerendahan hatian  konsekuen, memutuskan hubungan dengan dosa dan penindasan pada orang lain, memberi makan yang kelaparan, dan bertindak manusiawi terhadap mereka yang membutuhkan."



Puasa biasanya dilakukan dengan berpantang dari semua makanan, baik padat dan cair, kecuali air. Inilah jenis puasa yang diserukan oleh Yosafat, Raja Yehuda kepada seluruh suku Yehuda ketika negaranya dihadapkan dengan serangan laskar bangsa Amon dan Moab (2 Tawarikh 20:3). Allah mengalahkan musuh-musuh mereka, dan orang-orang Yehuda diberkati Tuhan (2 Tawarikh 20:24-27). Setelah pengepungan Babel, orang-orang kembali ke Yerusalem berdoa dan berpuasa, meminta Allah untuk perlindungan-Nya dalam perjalanan mereka (Ezra 8:21). Tuhan Yesus berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun dan dicobai oleh setan (Lukas 4:2). Ketika Yesus merasa lapar, setan mencobai-Nya untuk mengubah batu menjadi roti, yang Yesus jawab, "Manusia hidup bukan dari roti saja"(Lukas 4:4).

Jenis lain dari puasa yang Alkitabiah adalah berpuasa sebagian. Nabi Daniel menghabiskan tiga minggu berpuasa dari makanan tertentu. Dalam Daniel 10, ia mengatakan, "2 Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh: 3 makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk ke dalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh."(Daniel 10: 2-3). Perhatikan bahwa Daniel berpuasa untuk mengekspresikan kesedihannya pada saat itu ia hanya berpantang makanan "pilihan", dan termasuk juga menghindari penggunaan minyak dan "lotion" untuk penyegar. Saat ini, banyak orang Kristen mengikuti contoh ini dan menjauhkan diri dari makanan atau kegiatan tertentu untuk waktu yang singkat, memandang kepada Allah bagi penghiburan dan kekuatan mereka.

Juga disebutkan dalam Alkitab adalah puasa mutlak, atau puasa penuh, tidak ada makanan atau air yang dikonsumsi. Ketika Ester mengetahui rencana untuk bahwa semua orang Yahudi di Persia akan dibunuh, ia dan rekan-rekan Yahudi nya berpuasa dari makanan dan air selama tiga hari sebelum ia menghadap raja untuk meminta belas kasihannya (Ester 4:16). Contoh lain dari puasa mutlak ditemukan dalam kisah pertobatan Saulus.Saulus si pembunuh ditemui Yesus dalam kemuliaan-Nya di jalan menuju ke Damaskus. "Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum." (Kisah Para Rasul 9: 9). Segera setelah melewati masa kebutaan dan puasa, Saulus, yang menjadi Rasul Paulus, mengabdikan hidupnya untuk memberitakan  tentang Yesus Kristus.

Dalam kasus Ester dan Saulus, puasa mutlak hanya berlangsung tiga hari. Namun, Musa dan Elia secara mukjijat melakukan puasa mutlak selama empat puluh hari. Ketika Musa bertemu Tuhan di puncak gunung untuk menerima loh batu, ia tidak makan roti dan tidak minum air (Ulangan 9:9). Dan, setelah Elia mengalahkan nabi-nabi Baal di Gunung Carmel, menyebalkan Ratu Izebel, Elia lari menyelamatkan diri dan menghabiskan empat puluh hari berpuasa di padang gurun (1 Raja-raja 19).

Alkitab juga menyebutkan puasa seksual, meskipun tidak disebut demikian. Dalam Keluaran 19:15, ketika orang-orang Israel mempersiapkan diri untuk pertemuan mereka dengan Allah di gunung Sinai, bagian dari persiapan mereka adalah tidak melakukan hubungan seksual selama tiga hari. Dan dalam 1 Korintus 7: 5 Paulus mengatakan bahwa pasangan yang sudah menikah dapat saling setuju untuk tidak berhubungan seksual selama jangka waktu yang singkat untuk mengabdikan diri untuk berdoa. Tapi kemudian mereka diperintahkan agar "kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak (kamu tidak tahan bertarak=agar kamu tidak kehilangan penguasaan diri)"

Tujuan berpuasa bukanlah agar Allah menjawab permohonan-permohonan kita sebagaimana jin dalam botol yang mengabulkan setiap keinginan kita. Puasa adalah untuk mencari kehendak Allah, semua berkat dan manfaat lainnya terserah pada kemurahan Allah sendiri. Inilah yang membuat puasa yang Alkitabiah berbeda dengan puasa yang dijalankan agama-agama lain dan praktek-praktek budaya lainnya di seluruh dunia.

Baca juga : Cara-cara berpuasa

Sumber : GotQuestions.org

*)John Fullerton MacArthur Jr. adalah seorang pendeta Amerika dan penulis terkenal untuk sindikasi internasional program radio Grace to You.

 

,

Kekerasan dalam Perjanjian Lama, bagian 3




Dalam penaklukan Kanaan, Allah memerintahkan penumpasan total seluruh kota dan bangsa:  
"16 Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, 17 melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, " (Ulangan 20: 16-17). Dan Yosua melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya (Yosua 10:40).





Mengapa Allah memberi perintah seperti itu? 

Israel adalah alat penghakiman Allah terhadap bangsa Kanaan, yang sangat jahat, kejahatan bangsa itu hampir melampaui apa yang dapat kita bayangkan saat ini: "Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka. " (Ulangan 12:31). Pemusnahan atas mereka diperintahkan untuk mencegah Israel agar tidak terpengaruh oleh cara-cara hidup mereka yang jahat itu: "supaya mereka jangan mengajar kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada TUHAN, Allahmu." (Ulangan 20:18; juga Ulangan 12: 29-30 “Apabila TUHAN, Allahmu, telah melenyapkan dari hadapanmu bangsa-bangsa yang daerahnya kaumasuki untuk mendudukinya, dan apabila engkau sudah menduduki daerahnya dan diam di negerinya, 30 maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu.”).

Bahkan ketika masih dalam cara penghakiman yang mengerikan di Perjanjian Lama, Allah telah menawarkan belas pengasihan-Nya . Misalnya dalam dua peristiwa berikut: Pertama, ketika Allah hendak menghancurkan Sodom dan Gomora, Allah berjanji kepada Abraham bahwa Ia akan mengampuni seluruh kota untuk menyelamatkan sepuluh orang benar di kota itu jika ada. Meskipun Allah akhirnya menghancurkan kedua kota itu (karena sepuluh orang benar tidak dapat ditemukan), namun Allah menyelamatkan "Lot, orang benar itu" dan keluarganya (Kejadian 18:32; Kejadian 19:15; 2 Petrus 2: 7). Kedua, Allah menghancurkan Yerikho, tetapi Ia menyelamatkan Rahab perempuan sundal itu dan keluarganya sebagai tanggapan atas iman percaya Rahab kepada Allah (Yosua 6:25; Ibrani 11:31). Hingga penghakiman di akhir jaman, selalu ada kasih karunia Allah untuk ditemukan.


Setiap orang akan mati pada waktu yang telah ditentukan Allah sendiri (“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”Ibrani 9:27; “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”Kejadian 3:19).

Apakah fakta bahwa semua orang mengalami kematian menjadikan Allah "pembunuh"? 

Mari kita melihatnya dari dua pembahasan berikut :
 
Memang semua manusia akan mati. Tetapi kematian adalah upah / hukuman/ konsekuensi dosa (Roma 6:23a). Manusia-lah yang telah memilih untuk berbuat dosa, akibatnya kematian menjadi bagian hidup yang harus manusia tanggung karena manusia telah membawa kematian itu dalam dirinya ke dunia. (“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosaRoma 5:12).  Allah justru telah menunjukkan kasih karunia-Nya dengan menyediakan penebusan di dalam Yesus Kristus. Allah, dalam kasih karunia-Nya, telah mengalahkan kematian bagi mereka yang ada di dalam Kristus, dan suatu hari kebenaran akan sepenuhnya dinyatakan: "Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut." (1 Korintus 15: 26).  Saat ini Yesus telah memegang kunci maut (“Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Wahyu 1:18). Suatu hari, seperti yang dikatakan John Donne (seorang penyair berkebangsaan Inggris dan seorang pastor di Gereja Inggris) , "Kematian tidak akan ada lagi; kematian, engkau akan mati."

Allah setia pada firman-Nya. Dia akan menghancurkan orang jahat, dan Ia “menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, " (2 Petrus 2: 9-10). Tetapi Allah juga telah berjanji bahwa "karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6: 23b). Kristus telah mengalahkan maut / kematian, sengat maut / kematian telah dipatahkan-Nya, maka di dalam Kristus kita yang percaya kepada-Nya dapat beroleh hidup kekal.


Baca lagi bagian 1
Baca lagi bagian 2




Sumber : GotQuestions.org






,

Puasa menurut Alkitab : cara-cara berpuasa

"Apa yang Alkitab katakan tentang bagaimana berpuasa?"




Perjanjian Baru tidak pernah di bagian manapun memberi perintah pengikut Yesus Kristus untuk berpuasa. Kenyataannya, bahkan dalam Perjanjian Lama, orang-orang Yahudi hanya diperintahkan untuk berpuasa pada satu hari dalam setahun, pada Hari Penebusan/Pendamaian ("harus merendahkan diri dengan berpuasa" Imamat 23:27, 29, 32). Setiap pemimpin agama yang memerintahkan untuk berpuasa atau menghindari makanan tertentu melakukannya tanpa persetujuan Alkitab.Namun, Yesus pernah berpuasa (Matius 4:2), dan Dia menyatakan tentang hal berpuasa sekiranya / apabila para pengikut-Nya juga hendak berpuasa pada kesempatan tertentu (“16 Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Matius 6: 16-18; “Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Markus 2:20). Jadi, jika puasa adalah sesuatu yang orang Kristen dapat lakukan, apakah cara yang tepat untuk berpuasa? Apa yang Alkitab katakan tentang bagaimana berpuasa?
 


Alkitab menyebutkan berbagai jenis puasa: 

  • Puasa membatasi diri untuk tidak memakan jenis makanan tertentu (Daniel 1: 8-14).
  • Puasa dengan tidak memakan seluruh jenis makanan(Daniel 10: 2-3).
  • Puasa dari makanan dan air (Lukas 4:2; Kisah Para Rasul 9:9).
  • Ada juga "puasa" dari aktivitas tertentu, seperti suami dan istri tidak melakukan hubungan seks untuk jangka waktu yang telah ditentukan (Keluaran 19:15; 1 Korintus 7: 5).
Dengan berbagai jenis puasa di atas, bagaimana cara berpuasa sangat tergantung pada jenis puasa mana yang hendak anda lakukan.


Mintalah selalu hikmat dari Allah (Yakobus 1: 5) dalam hal bagaimana dan untuk berapa lama Allah menginginkan anda untuk berpuasa. Menetapkan jangka waktu puasa tampaknya merupakan pendekatan Alkitabiah (Ester 4:16). Juga, puasa harus memiliki tujuan yang jelas. Orang-orang yang berpuasa dan berdoa di dalam Alkitab, mereka melakukannya karena menghendaki sesuatu yang spesifik terjadi. Mereka juga menginginkan Allah untuk mengubah mereka, untuk mengubah keadaan mereka, atau untuk mengungkapkan sesuatu kepada mereka. Pada akhirnya, puasa jauh melebihi sekedar fokus pada makanan. Puasa adalah menjauhkan fokus anda dari hal-hal duniawi agar lebih fokus pada Allah. Puasa dengan demikian dapat menjadi sarana untuk bertumbuh lebih dekat kepada Allah.

Sebuah catatan agar berhati-hati tentang puasa: orang-orang dengan kondisi medis tertentu, terutama kondisi yang melibatkan pembatasan diet (diabetes, misalnya), sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa. Ingat, tidak ada perintah Alkitab bahwa para pengikut Yesus Kristus harus berpuasa. Oleh karena itu, tidak salah jika kondisi medis diperhitungkan saat menentukan bagaimana berpuasa.

Juga, perlu untuk memeriksa motif anda untuk berpuasa. Puasa bukanlah tentang memanipulasi Allah. Puasa tidak akan menyebabkan Allah mau melakukan sesuatu yang di luar kehendak-Nya. Puasa adalah tentang mengubah diri anda agar berada dalam garis rencana Allah dan agar dipersiapkan untuk melaksanakan peran anda dalam rencana-Nya. Ketika Anda memutuskan bagaimana untuk berpuasa,  sangatlah penting untuk mencamkan tujuan berpuasa – yaitu untuk mengubah diri anda, bukan mengubah Allah!

Baca juga : Jenis-jenis puasa


Sumber : GotQuestions.org