Archive for Juli 2015

,

Yesus Kristus adalah Allah




Banyak orang tidak keberatan mengakui Yesus hanya sebagai manusia biasa, utusan Allah, nabi, orang saleh atau seorang pengajar yang agung, tetapi menolak, menyerang, menghina dan menghujat Yesus karena Yesus mengaku bahwa Dia adalah Allah.


Apakah Yesus Kritus Allah? Pernahkah Dia meng-klaim DiriNya adalah Allah?


Alkitab tidak pernah mencatat Yesus secara persis mengucapkan kalimat, “Saya adalah Allah.” Namun ini tidak berarti bahwa Dia tidak memproklamirkan bahwa Dia adalah Allah

Sebagai contoh kata-kata Yesus dalam Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu."Sekilas sepertinya ini bukan sebuah pengakuan sebagai Allah. Namun coba perhatikan reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan Yesus, "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah" (Yohanes 10:33). 

Orang-orang Yahudi memahami pernyataan Yesus sebagai pengakuan bahwa Dia adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya, Yesus tidak pernah mengoreksi apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi dengan mengatakan, “Saya tidak mengklaim sebagai Allah.” Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berkata bahwa Dia adalah Allah dengan mengatakan, Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30).




Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Yesus mengatakan, “Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Kembali, sebagai responnya, orang-orang Yahudi mengambil batu dan berusaha merajam Yesus (Yohanes 8:59). Mengapa orang-orang Yahudi berusaha merajam Yesus jikalau Dia tidak mengucapkan sesuatu yang mereka percaya sebagai penghujatan, yaitu mengakui diri sebagai Allah? (Imamat 24:16)

Yohanes 1:1 mengatakan, “Firman itu adalah Allah.” Yohanes 1:14 mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia.” Ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia. Kisah Rasul 20:28 memberitahu kita, “… untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kisah Rasul 20:28). Siapa yang telah membeli gereja dengan darahNya sendiri? Yesus Kristus. Kisah Rasul 20:28 mengatakan bahwa Allah telah membeli gereja dengan darahNya sendiri. Karena itu Yesus adalah Allah!

 

Mengenai Yesus, Thomas, sang murid berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak mengoreksi dia. Titus 2:13 mendorong kita untuk menantikan kedatangan Allah dan Juruselamat kita – Yesus Kristus (lihat pula 2 Petrus 1:1). Dalam Ibrani 1:8, Allah Bapa berbicara mengenai Yesus, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: `Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.’” Hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.

Dalam Wahyu, malaikat menginstruksikan Rasul Yohanes untuk hanya menyembah kepada Allah (Wahyu 19:10). Beberapa kali dalam Alkitab Yesus menerima penyembahan (Matius 2:11; 14:33; 28:9, 17; Lukas 24:52; Yohanes 9:38). Dia tidak pernah menegur orang-orang yang menyembah Dia. Kalau Yesus bukan Allah, Dia pasti akan melarang orang-orang menyembah Dia, sama seperti malaikat dalam kitab Wahyu. Masih banyak lagi ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai keillahian Yesus.


Jadi benar, Yesus adalah Allah.

Alasan paling utama mengapa Yesus haruslah Allah adalah karena jika Dia bukan Allah, kematianNya tidak cukup untuk membayar hukuman dosa dunia (Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. 1 Yohanes 2:2).


Hanya Allah yang sanggup membayar hukuman atas dosa yang begitu besar. Hanya Allah yang dapat menanggung dosa seisi dunia (Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. 2 Korintus 5:21), kematian dan kebangkitanNya – membuktikan kemenanganNya atas dosa dan kematian.


Karena Yesus adalah Allah, maka menolak Yesus berarti menolak Allah! 

Maukah anda menerima Yesus sebagai Allah dan Juruselamat anda?



Sumber : GotQuestions.org



,

Siapakah Yesus Kristus





Berbeda dengan pertanyaan “Apakah Allah ada?” ,jarang ada orang yang mempertanyakan apakah Yesus Kristus ada. Pada umumnya Yesus dipandang sebagai seseorang yang pernah hidup di Israel sekitar 2000 tahun yang lalu. Perdebatan baru dimulai ketika topik mengenai identitas Yesus didiskusikan. Hampir setiap agama besar berpandangan bahwa Yesus adalah seorang nabi, guru yang baik atau orang yang saleh. Tetapi Alkitab  mengajarkan kepada kita bahwa Yesus jauh lebih dari sekedar seorang nabi, guru yang baik atau orang yang saleh.

 

C.S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity menulis, “Saya berusaha disini mencegah orang mengatakan hal-hal yang bodoh yang biasanya orang katakan mengenai Dia [Yesus Kristus]: ‘Saya siap menganggap Yesus sebagai seorang pengajar moral yang agung, tapi saya tidak menerima pengakuanNya bahwa Dia adalah Allah.’ -Ini adalah satu hal yang tidak boleh kita katakan.’ Seorang manusia biasa yang bisa mengucapkan ucapan-ucapan yang telah dikatakan oleh Yesus, tidak mungkin hanya merupakan seorang pengajar moral yang agung. Kalau ia bukan orang gila – yang mungkin setara dengan orang yang mengatakan dirinya telur rebus – pastilah ia Iblis dari neraka.

Engkau harus menentukan pilihanmu.

Apakah orang ini adalah Anak Allah, atau menolak pengakuanNya itu dan menganggap Dia orang gila atau lebih parah…. Silakan engkau menutup telingamu dan menganggap Yesus orang bodoh, engkau bisa meludahiNya, membunuhNya sebagai iblis, atau engkau bisa bersujud di kakiNya dan menyebutNya Tuhan dan Allah. Tapi janganlah mencari alasan yang tidak-tidak dengan mengatakan Yesus hanyalah seorang manusia dan pengajar yang agung.” Yesus tidak memberikan pilihan itu kepada kita. Dia tidak datang untuk maksud itu.

 

Jadi siapakah Yesus? Apa kata Alkitab mengenai Dia? 


Pertama-tama, mari kita lihat kata-kata Yesus Kristus dalam Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu.” Sekilas, ini kelihatannya bukan merupakan sebuah deklarasi bahwa Yesus adalah Allah. Namun kalau dilihat dari reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan ini "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33).

Orang Yahudi mengerti pernyataan Yesus sebagai sebuah deklarasi bahwa diriNya adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya Yesus tidak pernah mengoreksiorang-orang Yahudi dengan mengatakan, “Saya tidak mengaku diri sebagai Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menyatakan diriNya adalah Allah dengan berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30).

Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Yesus menyatakan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Kembali orang-orang Yahudi meresponi dengan mengambil batu dan berusaha melempari Yesus (Yohanes 8:59). Yesus menyatakan identitasnya dengan menggunakan “Aku adalah” yang merupakan penerapan langsung dari nama Allah dalam Perjanjian Lama (Keluaran 3:14).

Mengapa orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu kalau bukan karena Dia mengatakan sesuatu yang mereka anggap menghujat Allah, yaitu dengan mengaku diri sebagai Allah?

Yohanes 1:1 mengatakan, “Firman itu adalah Allah.” Melalui Yohanes 1:14kemudian dinyatakan, “Firman itu telah menjadi manusia.” Ini jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia.

Tomas, salah satu rasul, mengungkapkan pada Yesus, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak mengoreksi dia.

Rasul Paulus menggambarkan Yesus sebagai, “…Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (Titus 2:13). Rasul Petrus mengatakan hal yang sama, “…Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 1:1).
Allah Bapa adalah saksi dari identitas Yesus yang paling bisa dijadikan pegangan, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.”
Nubuat-nubuat mengenai Kristus dalam Perjanjian Lama juga menyatakan keilahianNya, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yesaya 9:6).

 
Jadi, sebagaimana dikatakan oleh C.S. Lewis, percaya kepada Yesus sebagai seorang guru yang baik bukanlah sebuah pilihan.


Yesus dengan jelas dan tak dapat disangkal telah menyatakan diriNya sebagai Allah. Kalau Dia bukan Allah, Dia adalah seorang pendusta, yang berarti bukanlah seorang nabi, guru yang baik atau manusia yang beribadah. Dalam usaha menjelaskan apa yang dikatakan oleh Yesus, para “sarjana-sarjana” modern mengatakan bahwa “Yesus sebagai sosok sejarah ” tidak mengucapkan banyak hal seperti yang tercatat di Alkitab. Siapakah kita yang dapat berdebat dengan Firman Tuhan mengenai apa yang Yesus katakan atau tidak katakan? Bagaimana seorang “sarjana” yang hidup dua ribu tahun setelah Yesus dapat lebih mengerti apa yang Yesus katakan dan tidak katakan, dibanding dengan mereka yang hidup bersamaNya, melayani bersamaNya dan diajar langsung olehNya sendiri (Yohanes 14:26)?

 

Mengapa pertanyaan mengenai identitas Yesus yang sebenarnya begitu penting? Mengapa penting kalau Yesus itu Allah atau bukan?

 
Alasan yang paling penting bahwa Yesus haruslah Allah: karena jika Dia bukan Allah, kematianNya tidaklah memadai/tidak cukup untuk membayar hutang dosa seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang dapat membayar hutang sebesar itu (Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Roma 5:8; Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. 2 Korintus 5:21).

Yesus haruslah Allah sehingga Dia dapat membayar hutang kita. Tapi, Yesus juga haruslah manusia supaya Dia bisa mati secara fisik.

Keilahian Yesus adalah dasar mengapa Dia menyatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).


Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus! Keilahian Yesus adalah alasan mengapa Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan. 


Maukah anda menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat anda? 



Sumber : GotQuestions.org 

 

,

2 Macam Penderitaan yang Dialami Yesus pada saat Penyaliban


Masih membahas mengenai hukuman mati yang dijalani Yesus melalui penyaliban.  




1. Penderitaan Jasmani/Fisik


Yesus amat menderita selama diadili, disiksa dan disalibkan (Matius pasal 27, Markus pasal 15, Lukas pasal 23, Yohanes pasal 19). Yesaya 52:14 menyatakan, “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia—begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.”

Yesaya 53, khususnya ayat 3 dan 5 menubuatkan penderitaan Yesus, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. “ Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” 

Mazmur 22:14-18 adalah bagian Alkitab lain yang menubuatkan penderitaan sang Mesias, “Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.


Mengapa Yesus harus menderita separah itu? 


Penderitaan yang dialami Yesus secara fisik merupakan bagian dari hukuman yang harus ditanggungNya untuk menebus dosa-dosa kita. Pada saat bersamaan, penganiayaan yang dialami oleh Yesus juga menunjukkan secara jelas besarnya kebencian, amarah dan kekejian umat manusia.
 
Kebencian Iblis kepada Allah dan Yesus secara mutlak merupakan bagian dari motivasi di balik penganiayaan dan penyiksaan semena-mena itu. 

Beratnya penderitaan Yesus adalah gambaran kontras keberdosaan manusia terhadap kesucian Allah ("Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu." Roma 3:10-18).



2. Penderitaan Rohani 
 



Betapapun mengerikannya penderitaan Yesus secara fisik, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan rohani yang harus dijalaniNya.

Melalui 2 Korintus 5:21, Paulus menyatakan, “ Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Yesus menanggung dosa seluruh dunia ke atas diriNya (1 Yohanes 2:2).  Adalah dosa-dosa kita yang sedang ditanggungNya yang mengakibatkan Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). 

Ini adalah penderitaan rohani yang dialami Yesus, hanya sekali ini dalam waktu kekekalan Yesus harus terpisah dari Bapa. Sekeji apapun penderitaan fisik Yesus, tidaklah sebanding dengan penderitaanNya ketika Ia mengalami keterpisahan saat dosa-dosa kita ditimpakan ke atasNya. – dan Kristus harus mati karena dosa-dosa kita (Roma 5:8).


Mengapa Yesus harus mengalami semua ini? Tidak cukupkah penghinaan, pukulan, cambukan, penyaliban yang Ia terima?

 
Jawabnya: tidak cukup, karena:

 
a)   Manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena itu Yesus harus mengalami penderitaan jasmani maupun rohani.
 
b)   Karena dosa memisahkan Allah dan manusia.
Kejadian 3:23-24 - “(23) Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. (24) Ia menghalau manusia itudan di sebelah timur taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan”.
Yesaya 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.
Matius 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
2Tesalonika 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya.
 
 
Karena itu kalau Yesus mau memikul hukuman dosa kita, Ia harus mengalami keterpisahan itu. 

 
Keterpisahan ini merupakan peristiwa yang menunjukkan keadilan dan kesucian Allah secara paling menyolok.
 
 
      Karena Yesus sudah mengalami keterpisahan ini, maka:
 
a)   Orang berdosa yang terpisah / tidak mempunyai hubungan dengan Allah, bisa diperdamaikan dengan Allah asal ia mau percaya kepada Yesus.
 
Roma 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.
 
2Korintus 5:18-21 - “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
 
Efesus 2:13-19 - “(13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”.
 
 
b)   Orang Kristen yang sudah diperdamaikan dengan Allah, tidak bisa lagi mengalami keterpisahan dari Allah, baik di dunia ini maupun di dalam kekekalan.
 
Ibrani 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
 
Yohanes 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.
 
Ada beberapa ajaran yang bertentangan dengan doktrin ini:
 
1.   Orang kristen yang berbuat dosa akan ditinggal oleh Roh Kudus, dan kalau ia bertobat ia harus mengundang Yesus untuk masuk ke dalam dirinya lagi.
Ini jelas adalah ajaran yang salah! Kita bisa merasa ditinggal oleh Allah, tetapi tidak bisa betul-betul ditinggal oleh Allah, karena Yesus sudah mengalami hal itu untuk kita!
 
2.  Orang kristen bisa kehilangan keselamatannya. Ini berarti bahwa ia terpisah dari Allah dalam kekekalan. Ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran yang salah, karena kita tak mungkin mengalami keterpisahan dari Allah karena hal ini sudah dialami oleh Yesus bagi kita!
 
Arthur W. Pink: “Here then is the basis of our Salvation. Our sins have been borne. God’s claims against us have been fully met. Christ was forsaken of God for a season that we might enjoy His presence for ever” (= Maka inilah dasar dari Keselamatan kami. Dosa-dosa kami telah ditanggung. Tuntutan Allah terhadap kami telah dipenuhi sepenuhnya. Kristus telah ditinggalkan Allah satu saat itu supaya kami dapat menikmati hadirat-Nya untuk selama-lamanya) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 80.
 


Sudahkah anda mempunyai hubungan atau berdamai dengan Allah? Datanglah dan percayalah kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka anda akan diperdamaikan dengan Allah! Kalau anda tidak mau, maka anda adalah musuh Allah! 



Sumber : 
Pemahaman Alkitab GKRI Golgotha, Kalimat ke 4, oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.  
GotQuestions.org