Archive for September 2016

,

Rasul Paulus, Bagian 1 : Penganiayaan Saulus Terhadap Orang-orang Kristen

Saulus dari Tarsus menyaksikan pembunuhan dengan dilempari batu terhadap Stefanus.

Pauluspertama kali muncul dalam Alkitab sebagai saksi atas kematian martir Stefanus: "Mereka menyeret dia (Stefanus) ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus." (Kisah Para Rasul 7:58). "Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh." (Kisah Para Rasul 8:1). Kata-kata "setuju" di sini menunjukkan persetujuan aktif, bukan hanya persetujuan pasif. 



Mengapa Paulus menyetujui pembunuhan terhadap Stefanus?
  1. Paulus yang saat itu masih Saulus orang Farisi segera mengenali pernyataan Stefanus yang diucapkan tepat sebelum kematiannya: Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."(Kisah Para Rasul 7:56). Perkataan Stefanus inimengulangi perkataan Kristus ketika Dia diadili di hadapan imam besar (Markus 14:62). Sebagaimana perkataan Yesus telah mengakibatkan Dia dituduh menghujat, demikian juga perkataan ini mengakibatkan reaksi dibunuhnya Stefanus oleh  Saulus orang Farisi. 
  2.  Selain itu, istilah "Anak Manusia" penuh dengan makna. Ini adalah terakhir kalinya istilah ini digunakan dalam Perjanjian Baru dan merupakan satu-satunya saat dalam kitab Injil dan Kisah Para Rasul yang tidak diucapkan oleh Yesus sendiri. Gelar Anak Manusia menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias, dan berbicara tentang posisi Kristus di akhir zaman sebagai Raja yang akan datang. Gelar ini juga menggabungkan dua ayat besar Mesianik : Daniel 7:13-14 dan Mazmur 110:1. Daniel 7:13-14 menekankan aspek universal dari kekuasaan Yesus; bahwa Dia bukan hanya sekedar seorang penguasa Yahudi, tetapi juga Sang Juruselamat dunia. Mazmur 110:1 mengatakan  Mesias duduk di sebelah kanan Allah (Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."). Selain menekankan kekuatan dan kedudukan, gelar ini juga menunjukkan penerimaan.

Semua ini membuat murka Saulus orang Farisi, yang pada saat itu tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Kristus. Tetapi ini tidak akan lama sebelum Saulus orang Farisi itu kemudian diubahkan menjadi rasul Paulus sang penginjil bagi Kristus.

Bersambung ke Bagian 2

Sumber : GotQuestions.org

,

Rasul Paulus, Pendahuluan : Apakah Paulus Rasul Palsu?

Image credit : panjimas.com

TUDUHAN / FITNAHAN
Teori bahwa rasul Paulus adalah nabi palsu dan bukan pengikut Kristus yang sejati biasanya diajukan olehorang-orang dari persuasi gerakan akar Ibrani (Hebrew Roots movement). Mereka percaya bahwa Kristen harus tunduk kepada hukum Perjanjian Lama, tetapi Paulus jelas tidak setuju dengan mereka, dengan menyatakan bahwa orang Kristen tidak lagi di bawah Hukum Musa (Roma 10:4; Galatia 3:23-25; Efesus 2:15), melainkan di bawah Hukum Kristus (Galatia 6:2), yaitu untuk "mengasihi Tuhan Allah-mu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu ... dan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22: 37-39). Bukannya menaati Firman Allah, gerakan akar Ibrani ini malah sama sekali menolak Paulus dan memfitnah bahwa Paulus adalah rasul palsu yang tulisannya tidak harus dimuat di dalam Alkitab.
 

Namun otoritas kerasulan Paulus telah didokumentasikan di dalam Alkitab, dimulai dengan pengalaman dramatis dalam perjalanan ke Damsyik yang telah mengubahkan dia dari seorang pembenci Kristus dan penganiaya orang-orang Kristen menjadi pemberita utama iman Kristen. Perubahan hati yang menakjubkan adalah salah satu indikasi paling jelas dari pengurapan oleh Tuhan Yesus sendiri atas diri Paulus.

ILUSTRASI
Tom Tarrants, pernah dicapsebagai "orang yang paling berbahaya di Mississippi," Tarrants adalah salah satu dalam daftar teratas 'orang paling dicari' oleh FBI. Tarrants adalah anggota Ku Klux Klan yang menghina warga Afro-Amerika dan Yahudi, orang-orang yang sepenuhnya ia yakini sebagai musuh Allah dan terlibat dalam plot komunis melawan Amerika. Tarrants bertanggung jawab atas pengeboman 30 sinagog, gereja dan rumah-rumah. Dia begitu berbahaya hingga direktur FBI, J. Edgar Hoover, mengirim tim khusus agen FBI yang biasanya ditugaskan untuk menyusup dalam KGB Rusia sampai ke Amerika Selatan untuk mencari dan menangkap Tarrants. FBI sukses menangkap Tarrants dan menjebloskannya ke dalam tahanan setelah baku tembak yang penuh kekerasan. Tarrants dijatuhi hukuman 30 tahun di penjara wilayah Mississippi.

Ketika di dalam penjara, suatu hari Tarrants meminta Alkitab dan mulai membacanya. Dia membaca sampai Matius 16:26 dan dihadapkan pada kata-kata Yesus: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" Tarrants tidak dapat lepas dari dampak pernyataan Kristus ini dan tunduk berlutut di dalam selnya serta meminta Allah untuk membebaskannya dari kehidupannya yang penuh dosa.

Ayat firman Tuhan yang telah mempertobatkan Tarrants segera mulai menyebar ke seluruh penjara hingga akhirnya terdengar sampai ke telinga direktur FBI,
J. Edgar Hoover, yang sangat menyangsikan kebenaran kejadian ini. Bagaimana mungkin suatu perubahan sungguh-sungguh yang terjadi dalam diri seorang penjahat lalim seperti Tarrants dapat dipercaya?

PENERAPAN
Sekitar 2.000 tahun yang lalu, seorang pria lain memiliki masalah yang hampir sama. Ketika rasul Paulus pertama kali datang ke Yerusalem setelah pertobatannya menjadi orang Kristen, ia mencoba untuk bertemu dengan murid-murid Yesus, tetapi mereka semua takut kepada Paulus dan tidak percaya bahwa dia adalah seorang petobat sejati (Kisah Para Rasul 9:26) karena penganiayaan-penganiayaan terhadap orang-orang Kristen yang telah dilakukan Paulus sebelum pertobatannya. 


Hingga saat inipun, beberapa orang merasakan hal yang sama tentang Paulus. Kadang-kadang, dakwaan terhadap Paulus menuduhkan bahwa dia adalah orang Farisi yang sedang mencoba untuk merusak ajaran Kristus dan bahwa tulisan-tulisannya seharusnya tidak memiliki tempat di dalam Alkitab. Tuduhan ini dapat dihentikan dengan memeriksa pengalaman pertobatan Paulus dan kepatuhannya kepada Kristus dan ajaran-ajaran-Nya.


Bersambung ke Bagian 1


Sumber : GotQuestions.org

,

Latar Belakang Rasul Paulus : Saulus dari Tarsus




Saulus dari Tarsus. Kisah kehidupan Rasul Paulus. (image credit : comic vine)


Sulit untuk melebih-lebihkan pengaruh rasul Paulus. Ia dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu misionaris Kristen terbesar. Tulisan-tulisannya yang menginspirasi adalah bagian besar dari Perjanjian Baru, dan adalah aman untuk berkata bahwa Paulus tetap adalah salah satu penulis yang tulisannya paling banyak dibaca dalam sejarah manusia. Perubahannya yang tiba-tiba dari seorang penganiaya besar orang-orang Kristen menjadi salah satu pendukung terbesar kekristenan tentu telah membentuk sejarah gereja Kristen mula-mula. 

Sebelum bertobat dan menjadi rasul Paulus, dia adalah Saulus dari Tarsus. Tetapi siapakah Saulus dari Tarsus sebelum ia menjadi rasul Paulus? Apa yang kita ketahui tentang kehidupannya sebelum bertemu Kristus dalam perjalanan ke Damyik?



Saulus dari Tarsus
Saulus dari Tarsus lahir pada sekitar tahun 5SM di kota Tarsus di Kilikia (Turki saat ini). Ia lahir dari orang tua Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Romawi, hak istimewa yang didambakan dan juga akan dimiliki anak mereka. Di sekitar tahun 10SM, keluarga Saulus pindah ke Yerusalem. Sekitar antara tahun 15-20SM Saulus mulai studinya untuk mempelajari Kitab Suci Ibrani di kota Yerusalem di bawah rabbi (guru besar) Gamaliel. Di bawah didikan Gamaliel-lah Saulus memulai studi mendalam tentang hukum Taurat dengan rabbi terkenal.

Ada beberapa perdebatan mengenai apakah Saulus dibesarkan di Yerusalem atau di tempat kelahirannya di Tarsus, tapi dengan membaca langsung dari komentar-komentarnya sendiri, menunjukkan bahwa Yerusalem adalah rumah masa kanak-kanaknya (Kisah Para Rasul 22:3). Kita tahu bahwa anak laki-laki dari kakak perempuan Paulus berada di Yerusalem setelah pertobatan Paulus (Kisah Para Rasul 23:16), yang mendukung  gagasan bahwa seluruh keluarga Paulus telah pindah ke Yerusalem ketika ia masih muda.

Adanya kemungkinan besar bahwa Saulus hadir dalam sidang atas Stefanus -pengadilan oleh massayang mengakibatkan Stefanus menjadi martir Kristen pertama (Kisah Para Rasul 7:54-60). Lukas, sang sejarawan memberitahu kita bahwa para algojo Stefanus meletakkan pakaian mereka di kaki Saulus (Kisah Para Rasul 7:58), yang menyetujui penuh tindakan pembunuhan oleh massa atas Stefanus (Kisah Para Rasul 8:1). Saulus kemudian menghancurkan gereja, memasuki rumah-rumah orang-orang percaya dan menjebloskan orang-orang percaya ke dalam penjara. Semangat anti-Kristen Saulus memotivasi dia untuk tidak hanya menangkap dan memenjarakan orang-orang Kristen laki-laki (para "pemimpin kelompok") tetapi juga menangkap dan memenjarakan orang-orang Kristen yang perempuan (Kisah Para Rasul 8:3).

 
Rasul Paulus
Setelah pertobatannya, surat-surat Paulus kepada berbagai gereja mengungkapkan lebih lanjut tentang latar belakangnya. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, Paulus menggambarkan dirinya sebagai seorang Ibrani, seorang Israel, dan keturunan Abraham (2Korintus 11:22). Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus mengatakan ia adalah seorang Farisi dari suku Benyamin (Filipi 3:5).

Ketika dalam perjalanan ke Damsyik untuk menangkap dan menyerahkan orang-orang Kristen sebagai kriminal kembali ke Yerusalem, Saulus dihadapkan dengan Dia (Yesus) yang sedang ia aniaya (Kisah Para Rasul 9:3-9; 22:6-11; 26:12-18). Yang terjadi selanjutnya adalah salah satu perubahan paling dramatis dalam sejarah gereja. Saulus dari Tarsus menjadi rasul Paulus, seorang penginjil yang berapi-api bagi dunia yang tidak percaya, dan teladan yang baik pelayanan yang setia dalam menghadapi penganiayaan brutal (Kisah Para Rasul 14:19; 16:22-24; 2Korintus 11:25-26). Pendidikan Saulus, latar belakangnya sebagai seorang Farisi, kewarganegaraan Romawi, dan semangat yang tak kunjung padam, semuanya berkontribusi pada kesuksesannya sebagai misionaris, begitu semua kualifikasi dan kualitasnya tersebut telah ditundukkan di bawah kuasa Kristus.


Bersambung ke Pendahuluan


Sumber : GotQuestions.org

,

Kemerdekaan sejati di dalam Kristus


Bagaimana kita bisa mengalami kemerdekaan/kebebasan sejati di dalam Kristus?

 

Merdeka di dalam Kristus



Setiap orang tentunya mencari dan menyukai kemerdekaan. Dalam budaya Barat, kebebasan/kemerdekaan adalah hal yang diutamakan dan dicari oleh semua orang, khususnya oleh mereka yang menganggap diri mereka sedang tertindas. Namun kebebasan/kemerdekaan di dalam Kristus tidak sama dengan kebebasan politik atau kebebasan ekonomi. Bahkan, beberapa orang yang paling tertindas dalam sejarah telah mendapatkan kemerdekaan penuh di dalam Kristus. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa, secara rohani tidak seorangpun merdeka. Dalam Roma 6, Paulus menjelaskan bahwa kita semua adalah budak. Kita hanya dapat di perbudak oleh salah satu, budak dosa atau budak kebenaran. Mereka yang adalah budak dosa tidak dapat membebaskan diri dari dosa, tetapi setelah dibebaskan dari hukuman dan kuasa dosa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, maka barangsiapa yang percaya dan menerima penebusan Kristus itu akan menjadi budak kebenaran di mana kedamaian sempurna dan kebebasan yang sejati dapat ditemukan.


Meskipun tampaknya seperti bertentangan (bagaimana mungkin dalam keadaan diperbudak tetapi damai dan bebas), satu-satunya kebebasan sejati di dalam Kristus diperoleh mereka yang adalah budak-Nya (atau lebih sering disebut 'hamba-Nya'). Perbudakan biasanya dalam bentuk perendahan, kesulitan-kesulitan hidup, dan pembedaan / ketidaksetaraan. Tetapi pandangan Alkitab adalah:  kemerdekaan sejati dari seorang budak/hamba Kristus yang mengalami sukacita dan damai, hasil-hasil dari satu-satunya kebebasan sejati yang pernah dapat kita ketahui dalam kehidupan ini. Ada 124 kejadian dalam Perjanjian Baru dengan kata doulos, yang berarti "seseorang yang menjadi milik orang lain" atau "budak yang tidak memiliki hak kepemilikan atas miliknya sendiri."Sayangnya, beberapa versi Alkitab yang paling modern, termasuk versi King James, paling sering menerjemahkan doulos dengan kata "pelayan" atau "hamba." Seorang hamba/pelayan adalah orang yang bekerja untuk mendapat upah, dan dengan pekerjaannya ia hendak membayar hutang pinjaman dari tuannya. Tetapi, seorang Kristen, tidak memiliki apapun untuk ditawarkan kepada Tuhan untuk dapat membayar pengampunan yang telah diperolehnya, menjadi seorang Kristen berarti benar-benar dimiliki oleh Tuan yang telah membeli/menebusnya dengan darah-Nya yang telah tercurah di kayu salib. Sebagai orang Kristen berarti kita telah dibeli/ditebus oleh darah Kristus dan adalah milik kepunyaan Tuhan dan Juruselamat kita. Kita tidak disewa oleh-Nya;  kita adalah milik kepunyaan-Nya (Roma 8: 9; 1 Korintus 7: 4). Jadi "budak" adalah satu-satunya terjemahan yang tepat untuk kata doulos.

Tetapi se
orang budak Kristus sama sekali jauh dari keadaan tertindas, menjadi budak Kristus berarti benar-benar dianugerahi kemerdekaan. Kita adalah budak Kristus karena telah dibeli/ditebus oleh darah-Nya, bukan untuk diperbudak tetapi dianugerahi kemerdekaan. Kita telah dibebaskan dari dosa oleh Anak Allah yang mengatakan, "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka" Yohanes 8:36. Karena itu, orang Kristen benar-benar dapat mengatakan, seiring dengan Rasul Paulus,"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut." Roma 8: 1-2. Kita sekarang mengetahui kebenaran dan kebenaran itu telah memerdekakan kita (Yohanes 8:32). Paradoksnya, melalui perbudakkan kita kepada Kristus, kita juga menjadi anak-anak dan para ahli waris dari Allah yang Maha Tinggi (Galatia 4: 1-7). Sebagai ahli waris, kita beroleh bagian warisan – yaitu hidup kekal - yang telah Allah anugerahkan kepada semua anak-anak-Nya. Ini adalah hak istimewa melampaui harta duniawi yang pernah dapat kita warisi, sedangkan dalam perbudakan dosa manusia mewarisi hanya kematian rohani dan kekekalan di neraka.


Lalu mengapa begitu banyak orang Kristen masih hidup dalam perbudakan / diperbudak dosa? 


KEMERDEKAAN SEJATI. - Kita tidak dibebaskan/dimerdekakan untuk berbuat dosa, kita dibebaskan/dimerdekakan dari dosa.
 

Satu hal, kita sering memberontak terhadap Tuan kita, menolak untuk menaati-Nya dan menempel terus pada kehidupan lama kita.  Masih berpegang pada dosa-dosa yang pernah mengikat kita pada Setan sebagai tuan kita. Karena hakekat manusia baru masih tinggal dalam hakekat lama yaitu kedagingan kita, sehingga kita masih tertarik untuk berbuat dosa. Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus untuk "menanggalkan" manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan dan "mengenakan" manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.. Membuang dusta, berkata benar seorang kepada yang lain dan mengenakan kebenaran. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.. Membuang kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dan segala kejahatan. Sebaliknya mulai mengenakan kebaikan, belas kasih dan pengampunan (Efesus 4: 22-32). Kita telah dibebaskan dari belenggu dosa, tetapi kita sering menempatkan kembali rantai belenggu dosa karena bagian dari kita masih mencintai kehidupan manusia lama kita.

Selain itu, sering kita tidak menyadari bahwa kita telah disalibkan dengan Kristus (Galatia 2:20) dan bahwa kita telah dilahirkan kembali sebagai manusia yang sepenuhnya baru (2 Korintus 5:17). Kehidupan Kristen salah satunya berarti mati bagi diri sendiri dan bangkit untuk "menjalani hidup yang baru" (Roma 6: 4), dan bahwa kehidupan baru ditandai dengan pikiran-pikiran tentang Allah yang telah  menyelamatkan kita, bukan pikiran –pikiran daging yang telah mati disalibkan dengan Kristus. Ketika kita terus berpikir tentang diri kita sendiri dan memanjakan keinginan daging dalam dosa-dosa yang sebenarnya kita sudah dibebaskan, pada dasarnya kita membawa mayat, penuh kebusukan dan kematian. Satu-satunya cara untuk sepenuhnya mengubur mayat itu adalah dengan kuasa Roh Allah yang merupakan satu-satunya sumber kekuatan kita. Kita memperkuat hakekat manusia baru dengan terus memberi makan dengan Firman Tuhan, dan melalui doa kita dapat memperoleh kekuatan yang kita perlukan untuk dapat melarikan diri keinginan untuk kembali kepada kehidupan lama yang penuh dosa. Maka kita akan menyadari bahwa status baru kita sebagai budak Kristus adalah satu-satunya kemerdekaan yang sejati, dan kita akan menerima kuasa-Nya agar "dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya." (Roma 6:12).


Sumber : GotQuestions.org