About Me
- Unknown
Category List
- 7 I Am
- Abraham
- anugerah
- ascencion
- bible reading
- doa
- fasting
- hukum Kristus
- hukum Taurat
- Jum'at Agung
- kasih
- Kekerasan dalam PL
- kemerdekaan
- kenaikan
- lahir baru
- makanan halal
- Natal
- neraka
- new birth
- Paskah
- Paulus
- Pemahaman Alkitab
- penciptaan
- pendamaian
- Penjelasan
- Perang
- puasa
- regeneration
- reinkarnasi
- rekonsiliasi
- renungan
- Series
- Surga
- tahun baru
- Yesus Kristus
Kehidupan Doa Pribadi Daniel_Bagian 2
Posting ini merupakan sambungan dari bagian 1
Baru–baru ini saja saya mendapat kehormatan untuk berada di Jerman dan Belanda dan sungguh suatu pemandangan luar biasa ketika saya menyaksikan 900 saudara-saudari berlutut ketika tiba waktunya untuk berdoa. Hal itu sungguh menyentuh hati saya. Hal ini merupakan bukti bagaimana banyak individu dapat berkumpul untuk bersama-sama berdoa secara kolektif ketika situasinya sesuai /memungkinkan. C.H.Mackintoshmerasa bahwa tidak berlutut merupakan indikasi ketidaksopanan jika kita tidak berlutut ketika kita diberikan kesempatan untuk melakukannya, bahwa hal ini menunjukkan sikap terlalu santai di hadapan kemuliaan hadirat Allah yang maha besar dan yang jauh melampaui kita.
Kita memiliki teladan yang luar biasa, yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri,seperti yang kita lihat ketika Dia berlutut di taman Getsemani. Yesus berlutut ketika beratnya penyaliban yang harus ditanggungNya sedang makin mendekati, Ia berlutut dalam pergumulanNya dan berdoa. (“Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” Lukas 22:41). Paulus ( “Sesudah mengucapkan kata-kata itu Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua.” Kisah Para Rasul 20:36), Salomo (“--karena Salomo telah membuat sebuah mimbar tembaga yang panjangnya lima hasta, lebarnya lima hasta dan tingginya tiga hasta, yang ditaruhnya di halaman--;ia berdiri di atasnya lalu berlutut di hadapan segenap jemaah Israel dan menadahkan tangannya ke langit.” 2Tawarikh 6:13), Ezra (“Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil menadahkan tanganku kepada TUHAN, Allahku,” Ezra 9:5) dan banyak lagi lainnya yang berlutut untuk berdoa di hadapan Tuhan.
Saya bertanya pada diri sendiri dan juga pada anda, apakah kita telah menyediakan waktu yang cukup dalam berdoa?
Semoga teladan Daniel dapat menstimulasi kita secara pribadi, di rumah kita dan dalam persekutuan-persekutuan doa agar kita semakin giat untuk menyediakan waktu bagi Tuhan dengan berdoa dan menekuni FirmanNya.
Sumber : The Continual, Settled, Individual Prayer Life of Daniel oleh Frank Wallace untuk Biblecentre.org